Rabu, 30 Agustus 2017

PESTA DANSA SUKU MEE



PESTA DANSA SUKU MEE














 Dansa adalah salah satu budaya dalam masyarakat adat mee yang sampai sekarang masih dilestarikan, namun nilainya mulai terkikis, seperti babii yang disembelih di dapat dari hasil peliharaan orang lain, makanan pabrik juga dijual disana, sehingga perlu ada catatan penting sebagai bentuk pelestarian nilai. Pengantar Yuwo adalah Pasar situasional  yang sudah mentradisi secara turun temurun dalam kehidupan. Tetapi makna yang terselubung dalam pesta Yuwo antara lain adalah, sponsor yuwo (tonowi) punya maksud untuk menunjukan kebolehan untuk mempertahankan status tonowi, juga mempererat hubungan keluarga, mempererat  relasi dagangan, juga memberikan pengetahuan bagaimana menjadi tonowi, membangun relasi kepada  kerabat maupun relasinya.
Arti dansa dalam adat Yuwo dalam adat merupakan,  perayaan tingkat tinggi dalam kebudayaan orang mee, karena yang didalamnya  berlangsung ada beberapa hal penting,. Perayaan Yuwo adalah perayaan keberlangsungan hidup manusia mee sebab didalamnnya mengandung sejumlah aspek baik pendidikan, kepercayaan, politik juga aspek lain. 
Dengan kasat mata kami melihat yuwo hanya dari aspek ekonomi tetapi itu hanya gambaran depan saja tetapi dibalik Yuwo terdapat juga aspek pendidikan yaitu bagaimana anak dapat belajar mengatur dalam sebuah perayaan  dalam lingkup  keluarga maupun dalam perayaan yang lebih besar, belajar bagaimana beternak, berkebun sebab hasil kerja itulah yang akan ditransaksikan. Disana mereka mendapatkan manfaat pendidikan, karena yuwo sebagai sarana menimba pengetahuan. kemudian menyangkut religi atau kepercayaan  yang  di dalamnya   terlibat doa , sebab  selain membunuh babi di tempat yuwo, sebelumnya dirumah-rumah   warga  mereka bunuh babi satu atau 2 ekor sebagai doa-doa dimana mereka meyakini bahwa tanpa doa perayaan yuwo tidak memiliki nilai, karena roh untuk yuwo dapat membuat yuwo menjadi bermakna serta dirasa puas dapat diperoleh melalui doa sebelum Yuwo. Roh yang dimaksud mereka dapat merayakan seluruh kehidupan ,baik kelangsungan hidup manusia sendiri ,kelangsungan seluruh hidup tanaman dan keberlangsungan hidup ternak  babi. Mereka berdoa kepada roh yang kategorinya pelindung baik tanaman, manusia ,juga ternak babi .Bagi orang Mee dengan yuwo mampu mengangkat  derajat seorang  tonowi, selain itu dalam yuwo, babi juga di yakini mampu mendamaikan pertikaian hidup baik dalam dunia nyata maupun dunia tak kelihatan dengan manusia. Dengan  pengorbanan  babi  jelas ada hal-hal tertentu yang menggaggu manusia bisa diatasi, karena dalam budaya Suku Mee  babi  merupakan binatang paling suci yang bisa menghalangi   gangguan dari alam tak kelihatan. Dansa  perspektif ekonomi Perayaan yuwo itu memiliki nilai ekonomi, orang pertimbangkan nilai untung rugi ,babi berapa yang saya bunuh, uang berapa yang saya kumpulkan . perhitungan ekonomi tersebut didukung oleh persiapan mulai dari hal-hal kecil di rumah sampai akhir penyelenggaraan yuwo . kalau dari awal sudah keluarkan uang banyak , bukan mencari keuntungan  tapi itu pemborosan , sihingga dengan sendiri pula akan tergeser makna dari yuwo yang sebenarnya.
Kalau pengeluaran lebih banyak daripada pemasukan maka itu bukan pesta yuwo yang sebenarnya .Yuwo bukan  pesta musiman  namun tergantung   keberadaan  dan kesiapan  pada suatu kelompok masyarakat ,kampung tertentu merasa babi sudah cukup,jaringan banyak , ada tuntutan secara tak langsung bahwa harus ada yuwo maka para tokoh adat akan ambil kepeutusan merencanakan untuk gelar  pesta yuwo. Dari perencanaan sampai puncaknya para tokoh selalu musyawarah. Kalau dulu Pesta yuwo bukan hendak mengeluarkan uang tetapi mendatangkan uang, hanya saja belakangan ini  karena wabah kematian babi selalu melanda hamper setiap tahun kini mereka lebih banyak  babi beli  daripada  piara babi .Dulu mereka  jauh lebih banyak memelihara babi dari membeli babi, disini tidak pernah mengeluarkan uang  mulai persiapan di dapur  sampai  memelihara  babi mereka siapkan . Mereka yang membantu kepada para pemimpin Yuwo  masyarakat disekitarnya . Pemimpin yuwo  adalah dia sendiri muncul karena kepemimpinan ,kedermawanannya, kepiawaannya  selain itu banyak isteri, banyak babi, kebun ,juga mampu mengatasi  masalah yang dihadapinya. Disinilah akan muncul pemimpin yuwo adalah Yuwoumee predit  ketika  menggelar   pesta namun seusai pesta yuwo maka ia akan disebut Tonowi .
Orang mee bukan  sebatas mencari keuntungan bisnis semata , tetapi ada   beberapa aspek yang dipertimbangkan. Motif pertama  yuwo itu mengangkut ekonomi tetapi   dibalik itu yang biasa  mereka renungkan ,pikirkan  mengangkut  Yuwo sebagai sarana  menimba pengetahuan bagiamana orang berbisnis, bertani, beternak, menjalin relasi baik, menyelesaikan sejumlah persoalan nilai  bukan sebatas ajang ekonomi . Kemudian memiliki nilai religi , lalu kemudian nilai ekonomi.Keuntungan apa yang saya dapat dari pesta ini tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Keuntungan  yang didapat disana didukung berbagai oleh persiapan mulai dari rumah hari puncak.
Pergeseran antara danasa pada masa lalu dengan masa kini Sementara ini  perayaan yuwo  sedang  terbalik , sebab selama ini  piaraan babi diserang wabah antarax meningkat kemudian sebagian para sponsor beli babi dari pada piara. Padahal 20 tahun  lalu itu masyarakat tidak keluarkan biaya yang besar  dalam pesta . Yang  ada hanya keuntungan  . Pada waktu lalu biaya yang dikeluarkan para sponsor adalah sebatas mereka ternak babi, membawa petatas, membangun stan dengan bentuk pembayaran babi atau  mege ( uang).
dulu babi yang dipotong itu hasil piaraan sendiri juga hasil titipan   pada orang lain ( isterinya,saudara-saudari ipar-iparnya, relasinya ) lalu dibawa ke yuwo, namun kini   orang sekedar menunjukan gengsi kadang babi yang dibawa itu dibeli bukan hasil piaraan atau titipan pada kerabatnya /relasinya Akhir-akhir ini Yuwo yang  digelar pun kadang dikotori dengan penjualan  barang-barang dari luar masyarakat adat. Barang-barang yang bukan  hasil kerja tetapi beli dipasar lalu datang jual di pasar tradisioanal , seperti minuman , biscuit, pinang dan lainnya . Inikan sangat mengotori makna  dari yuwo, sebab yuwo ajang persaingan, penunjukan   hasil perjuangan seseorang .Nilai itu sudah tergeser  dengan penjualan dengan barang-barang diproduksi dari pabrik, dibagian lain babi yang dipasarkan juga  kebanyakan hasil pembelian lalu dipotong dalam  pesta yang hanya menunjukan  bahwa saya juga pernah potong babi di yuwo ini . Mungkin juga tidak punya babi tetapi   Karena merasa dirinya punya uang banyak maka dirinya ingin menunjukkan kebolehannya dengan memotong babi pada pesta yuwo . Disini  ada pergeseran disana .
“ karena itu ke depan , ketika seorang hendak mengadakan yuwo  sponsor Yuwo mesti ada aturan yang betul orang mau  kembali kepada yuwo yang aslinya . seperti Babi yang dipasarkan  pada yuwo itu hasil piaraan ataupun hasil titipan pada orang lain  bukan hasil belian dari orang lain . Di sini masyarakat akan termotivasi untuk piara babi bukan pembelian babi dari orang lain .  Sponsor juga melarang  orang menjual  dagangan dari hasil produk luar yang notebenenya tidak dikenal . Babi tidak boleh dibeli tetapi hasil titipan kepada kerabatnya.
Yuwo merupakan sebuah ajang dimana  orang menunjukan kebolehannya untuk memelihara babi yang banyak  . Untuk mengadakan Yuwo pertama para sponsor yuwo melihat kesiapan dirinya berapa banyak babi yang dia piara atau dititipkan pada keluarga, relasinya.  Yuwo pun puncak daripada Tonowi mau memberikan rasa syukur kepada kerabat, relasinya . Saat Yuwo  seorang tonowi  hendak pula menunjukan kepemimpinan, kedermawanan, ketokohan,hartawan. namun yang lebih dari itu dia juga hendak menghaturkan rasa syukur kepada yang memberikan  semua . Ini bagian dari keparcayaan. Banyak nilai dibalik yuwo yaitu nilai social, ekonomi, religi, sarana  menjalin tali  relasi antara sesama, alam, juga kepada Tuhan.  Rasa syukur disalurkan lewat pemotongan  babi sebagai korban , juga beberapa ekor akan dibagikan kepada janda duda, janda, juga yang membantu dalam penyelenggaraannnya. Pesta Yuwo ,suatu  pusat kebudayaan orang mee . semua unsure budaya  orang Mee  terkandung   dalam pesta yuwo, sebab selain ada nilai kesenian,  system pengetahuan dan teknologi tradisional  , system mata  pencaharian , religi, bahasa, dan unsure lainnya .  Pesta Yuwo adalah pasar tradisional  ,dimana  hasil kerja dan perjuangan selama hidup dipasarkan baik itu babi, hasil beternak, bertani, berburu juga hasil perdagangan . ‘Yuwo ini  pusat syukuran orang Mee kepada Tuhan ,Alam, leluhurnya dan sesamanya dimana yuwo memiliki aspek agama, social, ekonomi, pendidikan”
Pergeseran lain yang terjadi dalam  Yuwo dewasa ini  adalah penjualan barang-barang yang bukan  hasil produksi masyarakat local, kemudian   menunjukan dirinya tonowi  dengan menyembelih sejumlah babi dari hasil korupsi , pengeluaran lebih besar dari pemasukan dari  yuwo . “ dengan adanya perubahan social budaya telah terjadi pergeseran maka mesti dilestarikan  dan dikemas dalam program pemberdayaan masyakat yang mendorong membangkitkan lewat
Saran strategis dansa langkah yang patut dipikirkan oleh Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten Paniai, Dogiyai dan Deiyai adalah Pelestarian Yuwo untuk sarana Pemberdayaan Ekonomi Tradional bagi masyarakat Suku Mee.
Artinya Pesta yuwo tidak perlu dihilangkan atau digeserkan dengan perubahan yang terjadi dewasa ini, namun  sejumlah hal patut dilakukan  pemerintah daerah dengan melakukan Festival Budaya Yuwo,Terobosan Pertama, dimulai dengan memberikan bibit babi kepada masyarakat, Kedua Pada tahun ketiga setelah memberikan bibit babi, Dinas Kebudayaan membangun Emaida disusul Kewita, disusul dengan Kepala Distrik-Kepala Distrik sesuai dengan jumlah kampung agar masyarakat kampungnya dapat membawa hasil babi yang diberikan oleh pemerintah untuk dipotong pada saat pesta babi, lalu Bupati mengumumkan kapal pelaksanaan Yuwo, dan Bupati sebagai Yuwoumee. Hal ini sangat penting sebab  yuwo adalah pusat budaya mee. Salah  satu trik membangun orang gunung dari semua aspek, salahsatunya adalah lewat budaya Yuwo, karena dapat dijadikan sebagai sarana membangun masyarakat Mee sebab disana ada Pemberdayaan Ekonomi, Pemberdayaan Manusia.
Kalau pemerintah menunjukan keberpihakan kepada masyarakat, perlindungan adat,  maka budidaya babi dikembangkan dengan dana otsus  sebab nilai babi suci bagi masyarakat gunung sehingga event-event  yuwo dapat di gelar di Distrik-distrik dan Kampung-kampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar