Rabu, 30 Agustus 2017

MENGENAL DAN MEMAHAMI MAKNA FILOSOFI DASAR HIDUP SUKU MEE




Pada dasarnya setiap bangsa di dunia memiliki filosofi kehidupan yang menuntun mereka untuk menghidupi kehidupan ini.Dari dasar filosofi ini pulah kehidupan mereka di kembangkan untuk tetap bertahan,memperoleh pengetahuan, ataupun juga untuk mendidik genarasi selanjutnya.  Begitu juga suku Mee yang memiliki lima dasar filosofi hidup.Ke lima poin tersebut adalah“Dou, Gai, “keitai,ekowai” keitihake “doutou”.Dalam kehidupan suku Mee sejak dahulu diajarkan kelima dasar tersebut secara turun- temurun untuk menjadi dasar pijakan bagi generasi selanjutnya.Rasanya dewasa ini generasi mudah suku Mee yang di sentuh dengan peradaban modern mulai melupakan kelima dasar tersebut secara menyeluruh dan beralih kepada peradaban Modern yang pengaruhnya mengglobal.
Pada pembahasan ini kita akan membahas tentang,siapa suku Mee itu? Apa saja kelima poin filosofi hidup tersebut? dan bagaimana kita menerima peradaban modern tanpa melupakan filosofi dasar suku Mee yang menjadi warisan turun-temurun dari para pendahulu kita.Pembahasan ini hanya akan di batasi pada kelima point tersebut dan tidak akan dibahas secara detil tentang hubungan Suku Mee dengan ketuhanan,hubungan suku Mee dengan kehidupan social,budaya, bahasa, dan sebagainya.
Siapa Suku Mee ?
Secara geografis suku Mee merupakan sekumpulan manusia yang mendiami pulau Papua tepatnya di bagian wilayah pengunungan tengah atau yang biasa disebut juga dengan wilayah “Mepago”. Secara politis berdasarkan administratif sejak 1 Mei 1963 suku Mee termasuk kedalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berintegrasi penuh pada tahun 1969 melalui Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA). Saat ini suku Mee berada di wilayah Timur Indonesia dan di kenal sebagai bangsa Melanesia dan ras negroid.
Kata Mee secara harafiah dapat diartikan sebagai “Manusia” Jadi jika kata “Mee” di gabungkan dengan “suku” akan berari “suku manusia”.Dan itulah sebabnya suku Mee memandang diri mereka sebagai “manusia” yang bedah dengan binatang, tumbuhan, dan benda apapun yang ada di sekitarnya.
Dalam hungannya dengan bangsa dan suku lain. Suku Mee pun memandang mereka sebagai manusia.Suku Mee sering menyebut dan menyapa bangsa atau suku lain dengan kalimat “ Okeina Mee kodoo” (mereka juga manusia). Dari dasar inilah suku Mee memandang nilai-nilai kemanusiaan sangat penting dan menjadi utama dalam kehidupan ini.
Selain penjelasan di atas. Hal ini bisa dilihat dari arti kata “Mee” yang secara harafiah bermakna manusia. Selain itu jika seseorang melakukan kesalahan atau merusak barang tertentu mereka (suku mee) tidak jarang berpandangan bahwa “barang dan sebagainya yang ada di dunia ini bila hilang atau rusak bisa diganti selama manusia itu masih hidup tetapi hanya manusia tidak bisa di ganti” (Mee koukoto aka paka tetii make no natotii) sehingga hubungan kekelurgaan dalam internal suku Mee menjadi yang sangat utama.
 
Bertolok dari kata “Mee” sebagai manusia yang menjadi tokoh sentral di alam raya inilah yang melahirkan kelima dasar filosofi tersebut.Karena Suku Mee berpandangan bahwa manusia menjadi tokoh sentral di alam raya ini maka suku Mee/manusia harus memiliki dasar pijakan yang bisa di wariskan ke generasi selanjutnya.Sederhananya dengan dasar ini pulah kelima poin ini dirumuskan.
Apa itu dou, gai, keitai, ekowai, keitihake doutou?
Sebelum menjabarkan hubungan ke lima point ini dengan kehidupan sehari-hari suku Mee. Mari kita melihat arti dan makna yang terkandung di dalam kelima point ini.
Kata Dou dalam arti sempit “lihat” Dalam arti luas berarti “melihat dengan saksama” jadi dalam arti luas kata ini menjadi kata kerja.Apapun yang akan kita lakukan terlebih dulu kita harus mengamatinya baik dangan mata lahiria maupun dengan matinia.
Kata gai dalam arti sempit “pikir” dalam arti luas “berpikir ” jadi setelah melihat kita harus berpikir apa yang akan kita lakukan.Berpikir baik menggunakan akal atau pun dengan hati (Iman/kepercayan). Jadi setelah mengamati di sini kita di tuntut untuk perpikir baik menggunakan akal mau pun dengan hati.
Kata Keitai dan Ekowai merupakan kata kerja.Keitai berarti melakukan dan ekowai berarti mengerjakan maka secara konseptual kedua kata ini mengacu kepada satu arti sama, yaitu tuntutan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Keitai berarti menuntut kita untuk melakukan hal-hal yang mengacu kepada spritualitas artinya hungannya dengan hal-hal yang abstrak.Sedangkan ekowai mengacu kepada melakukan hal-hal yang kongkret.

Kata Keti
yake dapat diartikan sebegai “setelah itu” kata ini merupakan penghubung dari sebuah perbuatan atau kejadian yang sudah atau telah dilakukan untuk menjelaskan hasil atau efek yang di timbulkan dari peristiwa atau perbuatan yang telah di lakukan atau terjdi sebelumnya.
Kata Doutou ini gabungan dari dua kata dasar “dou” dan “tou”.Seperti yang di jelaskan diatas Dou artinya melihat dan tou artinya tinggal dan jika kedua kata ini mengalami proses morfologis atau penggabungan maka kata doutou bermakna “tinggal menunggu.Dengan demikian jika kita kaitkan dengan penjelasan di atas maka doutou artinya “tingal menunggu hasil” dari proses dou, gai, keitai, dan ekowai.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak generasi mudah suku Mee yang bisanya hanya menyebutkan tiga point, Dou,Gai, dan ekowai namun sebenarnya secara keseluhan filosofi dasar hidup suku Mee memiliki lima point seperti yang di jelaskan di atas. Hal ini juga bisa di lihat dari ucapan atau ungkapan orang tua suku Mee yang sering tidak memisakan antara kata dou,gai dan ketai ekowai.Dalam pembicaraan kata dou dan gai akan berpasangan menjadi dou gai.Selanjutnya kata keitai dan ekowai akan berpasangan menjadi keitai ekowai .Jadi disini terlihat jelas bahwa dalam penyampaiannya tidak terdapat kata punghubung antara masing-masing pasangan dari keempat kata ini.Orang tua pada umumnya melafalkan keempat kata tersebut dalam satu kalimat yang koheren.Selanjutnya dalam penyampaian kata doutou di hubungkan oleh kata penghubung “ketihake” barulah kata douto di tambahkan.Penambahan kata penghubung ini merupakan penjelasan atau penyempurnaan dari keempat kata sebelumnya,dengan demikian kelima poin ini jika diterjemahkan secara langsung akan bermakna “Lihat, pikir , lakuan, setelah itu tingal tunggu hasilnya”
Apa dampak dari filosofi hidup tersebut?
Dampak yang ditimbulkan dari filosofi hidup tersebut dapat di bagi menjadi beberapa bagian dibawa ini:
Dampak fositif
Pertama Suku Mee memandang nilai-nilai kemanusiaan sebagai yang utama dan memandang alam disekitarnya sebagai pelengkap kebutuhan hidup.Pandangan ini membentuk relasi kebutuhan manusia dengan alam.Alam dan manusia saling membutukan dan saling mempengaruhi (Simbiosis mutualisme). Alam di pandang sebagai alam yang hidup dan penyedia sumber makan maka harus dijaga di rawat dan dilestarikan. Bukan melainkan manusia harus menguasai alam raya seperti halnya gagasan Newton (1642-1727) yang memandang dunia sebagai sebuah mesin yang bergerak secara mekanistik maka alam bisa di pahami secara rasional yang selanjutnya sains modrn memandang alam harus di dikuasi dan di eksploitasi untuk menunjang kebutuhan manusia.
Kedua Suku Mee memandang manusia menjadi tokoh sentral di alam raya maka hubungan kekeluargaan sangat terjaga dengan baik dan asal mula suku Mee dapat digali kembali sampai pada beberapa periode tertentu. Pada umumnya dalam kehidupan suku Mee jarang mengenal pepata “air susu dibalas air tuba” tetapi air susu dibalas air susu dan air tuba di balas air tuba.Jadi ketika kita baik dan benar itu pulah yang akan diperbuat oleh mereka (suku mee). Ketiga dalam bertindak atau penyelesaian masalah suku mee akan menggunakan pendekatan filosofi dasar hidup tersebut.Persolan sebesar apapun akan dengan muda diselesaikan secara aman dan tenang.
Keempat pandangan alam sebagai alam yang hidup membuat suku mee dapat menghargai alam sebagai ciptaan dan pancaran ilahi.Alam harus di lestarikan.Pandangan ini pulah yang membuat suku Mee menerima Agama Kristen tanpa basa basi.Suku Mee menerima ajaran Kristen (katolik dan protestan) karena ajaran moral dan ketuhanan yang diajarkan agama Kristen menyerupai apa yang di percaya suku mee sebelumnya.Selain itu bisa di lihat penjelasan diatas suku Mee selalu menggunakan akal dan iman dalam setiap pertimbangan dan tindakan
Kedua dampak negatif, Dampak ini juga dapat di bagi kedalam beberapa point misalnya sebagai berikut:
Pertama dasar filosofi orang Mee tidak berkembang seperti halnya di Yunani, karena ada beberapa hal yang mempengaruhi jalan pikiran suku Mee. Seperti halnya pada point pertama kata “dou” (lihat) tidak di kembangkan secara radikal seperti halnya paham empirisme yang di lakukan para tokoh empirisme salah satunya seperti David Hume.Dalam arian Dou (lihat) tidak di kembangkan menjadi mengamati secara empiris dan teliti.
Selain itu point dua di atas “gai” (berpikir) tidak di gunakan secara radikal seperti halnya Thales yang pertama kali mempertanyakan, apa bahan dasar terbentuknya bumi? Dalam artian orang Mee hanya pada tahap berpikir belum melangka ke tahap bernalar. Dan kedua kata” keitai ekowai” dalam penerapannya tidak di kembangkan sampai kepada metode ilmiah yang diterapkan Auguste compte (1798-1857) dalam meperoleh pengetahuan.
Hal utama yang mempengaruhi keempat pandangan di atas untuk melangka ke tahap selanjutnya adalah suku Mee memandang alam raya sebagai alam yang hidup.Dalam artian berpegang teguh pada hal-hal yang mistik atau mitos- mitos tertentu.Semua itu membatasi ruang berpikir suku Mee.Meskipun berpikir sampai kesana tidak ada satu orang suku Mee pun yang berani keluar dari mitos-motos atau hal-hal mistik yang menjadi kepercayaan lokal.
Kedua pengaruh moderenisasi dan globalisasi mengubah pandangan suku Mee menjadi individual dalam artian pandangan suku Mee yang memandang manusia sebagai tokoh sentral di alam raya menjadi sempit.Dalam hal ini yang dulunya di pandang secara universal atau atas nama Suku Mee.Sekarang dalam berpolitik, dalam penyelesaian masalah, atau hal apapun yang di hadapi Suku Mee pertimbangannya bukan lagi Suku Mee tetapi Marga,keluarga,dan daerah asal yang menjadi acuan utama.
Ketiga anak muda suku Mee dewasa ini akan lebih bangga bila menguasai dan mengikuti peradaban serta budaya modern dari pada budaya dan dasar filosofi kehidupannya. Akhirnya hal-hal positif dalam budayanya hilan bersama zaman. Kesalahan terbesar pada point ini adalah generasi muda suku Mee tidak menyadari bahwa setiap budaya memiliki dampak negatif dan dampak positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar