Sabtu, 20 April 2019

Pastor. Neles Kebadabi Tebay itu dibunuh dengan cara yang profesional

Neles Tebay itu dibunuh dengan cara yang profesional. Susah memang untuk dibuktikan. Hasil diagnosa dokter membuat kita puas agar tidak diselidiki ahli forensik independen. Tetapi ciri-ciri penyakit yang diderita itu tidak jauh bedah dengan berbagai pemimpin dunia yang dibunuh dengan senjata kimia (racun).

Pemimpin Palestina Yaser Arafat dibunuh dengan racun Polonium-210 oleh intelijen Israel. Zat racun merasuk ke aliran darah, limpa, ginjal, dan liver serta sumsum tulang. Akibatnya, tubuh manusia seperti terkena kanker stadium akhir.

Ibnu Al Khattab, pemimpin pemberontak Chechnya, yang tewas diracun zat sarin pada 2002. Zat ini dicampur lewat minuman atau makanan, atau disemprot ke udara agar dihirup korban. Begitu juga Hugo Chaves yang mati karena kanker.

Saat racun (zat kimia) masuk dalam tubuh, merusak sumsum tulang/belakang,  menimbun racunnya menjadi kronis, lalu membunuh sel darah putih. Menyebabkan kerusakan paru-paru, ginjal, hati, dll, akibat Leukimia (kanker darah). Penyebab Leukimia itu karena merokok, Gen turunan, atau mutasi gen.

Apakah Pastor Neles Tebay memiliki penyakit turunan, kelainan gen atau biasa merokok? Tentu tidak. Racun apakah yang menyerang sel darah hingga kanker darah itu diderita, menyebabkan timbulnya sakit paru-paru, ginjal, dll hingga dia meninggal? Tentu dokter bisa memprediksinya.

Tetapi siapa penyebar zat kimia itu? Kalau tidak oleh manusia, barangkali kita salahkan barang-barang produksi kimia yang punya radiasi tinggi. Tetapi apakah Neles Tebay salah mengkonsumsinya? Kalau saja seorang pastor Neles punya kebiasaan bebas pasti ya, tetapi dia di lingkungan bersih dan sehat jasmani dan rohani.

Itulah yang membuat kita semua bertanya-tanya. Tetapi juga mengerti bahwa perjuangan untuk perdamaian (bukan kemerdekaan politik) saja harus menjadi korban buruan. Bahwa untuk berjuang bagi perdamaian saja dia terbunuh oleh senjata kimia. Lalu apa sikap dan tanggapan bangsa Papua?

Saya saksikan sendiri sikap ragu, kaku dan takut itu ditunjukkan oleh semua elemen. Perjuangan damai seorang Neles Tebay dijadikan kain pembalut luka bangsa yang terinfeksi dan kronis. Kematiannya membuat pihak-pihak bicara arti damai tanpa menunjukkan dan menuntut konteks perdamaian yang diperjuangkannya.

Pada perkabungan itu hadir dua kubu: Penjajah dan terjajah. Neles Tebay -sesuai misinya di JDP- adalah meja berunding antar kedua pihak. Diatas meja ini pihak kolonial -dari Presiden sampai agen terkecilnya di Papua-  memenuhi krans bunga. Dikuburkan dalam suasana penghormatan pada wakil-wakil kolonial -Gubernur, Polda, Pangdam.

Adakah suasana ini menggugah inti perdamaian yang ada di otak Neles Tebay?  Sikap inlander, budak, nurut, itulah yang tercipta dalam suasana penguburan. Seakan lilin damai itu ditiup mati, karena kita bangsa Papua tidak mau berani menunjukkan bahwa Neles Tebay adalah tumbal dari sikap penjajah dan terjajah yang masih bersih keras untuk dialog selesaikan konflik politik ini.

Seakan hendak buat Neles sebagai figur yang mendorong orang Papua untuk hidup damai dalam Indonesia. Bukan! Bukan itu! Damai yang diperjuangkan Neles itu selesaikan akar konflik tentang status hukum dan politik Papua secara damai. Itu poinnya. Bukan bicara, hotbah, pidato damai tanpa menyentu esensi dan mencari jalan keluarnya.

Tugas pastoral, akademisi, dan LSM saat ini adalah berjuang membela kebenaran yang diperjuangkan. Unsur dasar dari perdamaian adalah pengakuan pada kebenaran sejarah. Hidup berdamai dalam NKRI itu bukan cita-cita Neles Tebay. Dia tahu rakyat Papua sedang terjajah dan Indonesia menjajah. Dia memberi cara damai selesaikan ini dengan prinsip kebenaran, kejujuran dan pengakuan.

Dia dibunuh untuk padamkan lilin perdamaian. Artinya Neles Tebay itu dibunuh karena pihak yang membunuh tidak ingin selesaian dengan damai. Karena misinya menghabisi orang Papua dan sejarah kebenarannya untuk menguasai Papua. Misi mereka adalah agar Papua menjadi ladang ekonomi politik yang diperebutkan dan dinikmati dengan damai.

Mari kita semua selesaikan konflik politik tentang keabsahan West Papua dengan damai, jujur dan demokratis. Kematian itu milik semua orang, juga perdamaian adalah milik semua orang. Hidup dalam damai itu indah, tetapi kedamaian tanpa kemerdekaan adalah kematian terindah.

Victor Yeimo
Kamwolker, 20 April 2019
Dihati Gersang

Sabtu, 23 Maret 2019

Pernyataan Sikap Komando Nasional TPNPB

Pernyataan Sikap Komando Nasional  TPNPB


TPNPBnews:
TPNPB-OPM Menolak Semua Program Pembangunan di Tanah Papua Oleh Pemerintah Kolonial Republik Indonesia dan Mengeluarkan Peringatan Keras

Perihal : Peringatan Keras KOMNAS TPNPB Kepada Semua Bupati dan Gubernur di Dua Provinsi di Tanah Papua

Dengan hormat,
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM) mengeluarkan peringatan keras kepada Semu Bupati dan dua Gubernur Kolonial Indonesia di seluruh wilayah teritori West Papua bahwa segera hentikan niat jahat anda untuk melakukan Pemekaran Provinsi Baru di Tanah adat Bangsa Papua.

Dalam hal ini kami, TPNPB-OPM mempunyai catatan dan kami dengar bahwa Semua Bupati di Papua berlompa untuk melakukan pemekaran Provinsi Baru.

Hal ini kami menilai bahwa itu adalah agenda rahasia untuk menghancurkan hak ulayat dan hak hidup Rakyat orang asli Papua yang di atur oleh Jakarta.

Oleh karena itu TPNPB-OPM menolak semua bentuk Pemerkaran Provinis Baru di Tanah adat kami, karena Pemekaran Provinsi Baru di Tanah Papua bukan untuk Orang Asli Papua, tapi itu merupakan tujuan dominasi penduduk imigran dari Pulau Jawan dan daerah lainnya di Tanah kami.

Dan Peringatan ini juga kami kirim lebih khusus kepada Bupati-Bupati di Wilayah
Mepago, yang sangat ambisius tanpa mempertimbangkan Hak-hak dan keselamatan hak hidup orang asli Papua.

Sekali lagi jangan buat Pemekaran Provinsi di Wilayah Mepago, jika anda tidak
mengindahkan peringataan kami maka kami akan cari anda sebelum atau pun setelah Papua merdeka.

Dan juga kami berikan peringatan Keras kepada semua Bupati-Bupati lain di Seluruh Tanah Papua, Termasuk Walikota Jayapura kami berikan bperingatan keras. Wali Kota Jayapura Tomi Mano stop ambisi untuk bikin Provinsi Tabi.

Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe dan Gubernur Kolonial di Manokwari
Mantacan untuk tidak melakukan Provinsi Baru di tanah adat kami.

Catatan Penting:
1. Ingat bahwa Papua pasti akan merdeka, karena kebangkitan Nasional yang
telah bangkit melalui Generasi muda Papua dan melakukan perjuangan yang
gigi di era globalisasi ini Indonesia tidak akan mampu meredamkannya;

2. Ingat juga bahwa Pengalaman Timor Leste adalah Pelajaran yang berharga,
karena setelah Papua merdeka kami akan cari orang asli Papua yang bikin
Pemekaran Provinsi baru yang sebenarnya memberikan keuntungan hanya bagi
Kolonial Indonesia;

3. Anda boleh kerja dengan Pemerintah Kolonial Republik Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan hidup, namun ingat bahwa jangan korbankan hak hidup
orang asli Papua;

4. Dan silakan ikuti perjuang anak-anak muda Papua, dimana berjuang dengan gigi dan dengan punuh sadar demi merebut kemerdekaan bangsa Papua. Hal ini
tidak akan di block oleh Pemerintah Kolonial Republik Indonesia dan Papua
pasti akan MERDEKA. Kami percaya dan berjuangan dengan iman teguh.

Demikian pernyataan Markas Pusat KOMNAS TPNPB, dan pernyatan peringatan ini kami keluarkan guan dapat menjadi perhatian oleh semua orang Asli Papua di seluruh Teritori Tanah Papua. Terima kasih atas perhatian Anda.

Dikeluarkan : Dari Markas Pusat KOMNAS TPNPB
Pada tanggal : 18 Maret 2019

Atas nama Bangsa Papua
Kepala Staff Umum KOMNAS TPNPB
Ttd
Mayjend Terryanus Satto
NRP: 73120000003

JUBIR KOMNAS TPNPB
Ttd
Sebby Sambom

Bagikan ini:
*Admin_TPNPBnews

Sabtu, 16 Februari 2019

Kesadaran Nasionalisme Bintang Kejora

Kesadaran Nasionalisme Bintang Kejora

  Kesadaran Nasionalisme Bintang Kejora
Sebagai manusia papua yang berbudaya dan berpendidikan, tentunya kita sadar betul akan tantangan kehidupan kita yang dipenjarahkan oleh sikap penindasan dari “sistem kolonialisme, kapitalisme, dan imperialism dunia”, yang telah membunuh dan memusnakan kita oran papua dan identitas kita orang papua di atas tanah leluhur kita sendiri.

Pertama-tama, saya pikir iman kita sebagai umat yang ber-Tuha akan sangat terganggu ketika melihat setiap penindasan dan kejahatan kemanusiaan, yang sangat-sangat menciderahi citra Tuhan itu sendiri di atas muka bumi papua sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Hal yang kedua, ketika kita meninjau bersama pada pola kehidupan yang berkehidupan dalam rekonstruksi sosil-politik Indonesia yang terbangun dalam slogan bhinekatunggal ika. Sadar atau tidak, kita orang papua telah kehilangan jati diri kehidupannya secara nilai-nilai tataan budaya(bahasa, pengetahuan, peralatan hidup, mata pencarian hidup, organisasi social, religi, kesenian, dsb), ras, wilayah , dan nasionalisme kepapuaan akan sejarah kita mengenai bangsa Melanesia yang bernegara “West Papua” pada tanggal 01 Desember 1961 (Silakan bedah sejarah west papua, dan operasi-operasi militer nkri tahun 1962 hingga saat ini)
Mensikapi hal diatas, ketika kita belajar dan memahami tantangan-tantangan ini secara seksama dan factual, tentunya kita sebagai orang papua akan sangat menjunjung tinggi apa yang namanya “Nasionalisme Bintang Kejora (Papua Merdeka)”.

Sebab tentunya kita akan sadar dan sadar bahwa adanya kejahatan politik praktis mengenai sejarah terhadap proses aneksasi Negara West Papua kedalam bingkai teriroriel wilayah NKRI; adanya kejahatan Kemanusiaan bagi Orang Asli West Papua (Genocide dan Pelanggaran HAM berat); adanya pembangunan ekonomi dan pemerintahan yang timpang (OTSUS); dan adanya pembungkaman ruang demokrasi yang tidak adil dan terbuka bagi Orang Asli Papua seccara bebas di muka umum.

Kembali lagi sebagai manusia papua yang berbudaya dan berpendidikan, baik itu di SMA, Perguruan Tinggi, Organ-organ Pro Pembebasan West Papua yang terus berjuang secara sadar dan tindakan nyata, marilah kita terus dan terus melawan kejahatan sistem penindasan ini secara tegas dan berani, dan satu kata LAWAN.

Dan sebagai mahasiswa papua (aktifis), marilah kita mempertahankan tanggungjawab kita selaku mimbar akademisi masyarakat yang sadar akan perjuangan muliah ini. Dan disini, saya mencoba memberi beberapa poin bagi kita untuk memahami kesadaran kita orang papua akan identitas jati dirinya sebagai orang papua, seperti berikut ini:
1). Sebagai mahasiswa papua, kita harus belajar sejarah politik west papua agar dapat mengenal siapa jati diri kita sebagai suatu bangsa ras melanesia di atas tanah west papua yang sedang di jajah ini.
2). Sebagai mahasiswa papua, kita merupakan bagian dari masyarakat yang bertanggungjawab langsung atas realitas persoalan/konflik sejarah status politik west papua dan nasionalisme bintang kejora di atas tanah papua.
3). Sebagai mahasiswa papua, kita harus belajar, berdiskusi, dan melakukan pengapdian masyarakat yang tinggi untuk melawan pemusnaan jati diri kita sebagai sebuah bangsa dan negara yang di jajah. Hal ini guna, kita mengembalikan jati diri kita sebagai suatu negara yang berbangsa ras melanesia di atas bumi west papua.
4). Kiita harus melestarikan dan membudidayakan unsur-unsur kebudayaan orang papua yang berkelanjutan sebagai kehidupan orang papua selayaknya di tengah-tengah tantangan arus dunia global masa kini.
5). Kita harus mempersolid tali persaudaraan tanpa ada perbedaan untuk menjadi pemimpin-pemimpin masa depan papua yang baik dan dapat membangun kesadaran orang papua sesuai kebudayaan orang papua di setiap suku perwilaya adat masing-masing.

6). Sebagai mahasiswa papua (kota study masing-masing), kita harus menjaga serta merawat kebersamaan dan kekompakan di honai kota study kita tanpa melihat keperbedaan suku/kabupaten masing-masing, guna mempersolid tali persaudaraan yang dapat menghidupkan kebudayaan orang papua sebagai jati diri kita selayaknya.
__________________________________
Semangat dan LAWAN! #FWP

Oleh: Suara Wiyaimana Papua

Victor F. Yeimo: Masih tentang dehumanisasi, manusia anggap manusia lain tidak setara. Pada kasus Lukas Enembe dan Pemuda Korban Penyiksaan dengan Ular, selain diskriminasi rasial oleh kolonial

Masih tentang dehumanisasi, manusia anggap manusia lain tidak setara. Pada kasus Lukas Enembe dan Pemuda Korban Penyiksaan dengan Ular, selain diskriminasi rasial oleh kolonial, berlaku juga diskiminasi sosial. Dilakukan orang Papua yang bersolidaritas berdasarkan kategori sosial.

Kalau Lukas Enembe itu seorang pemuda biasa yang dililiti ular/disiska  oleh Polisi; atau kalau LE itu salah satu warga Nduga yang disiksa, lari mengungsi, atau mati terkapar peluru kolonial (seperti Pdt.Gemin Nirigi di Mapnduma), akankah ada solidaritas ribuan rakyat duduki kantor Gubernur Papua? Disinilah berlaku dehumanisasi -diskriminasi sosial.

Ini penyakit warisan kapitalis-kolonial yang hinggapi ruang kesadaran manusia Papua. Kapitalisme adalah aktor yang mengkategorikan manusia berdasarkan kelas sosial. Hegemoni kapitalis itu pintar "memanusiakan" kelas penguasa/penindas, dan "membinatangkan" kelas tertindas. Mahluk ini bisa buat kita membela kejahatan seperti slogan "NKRI harga mati", dan membunuh kebenaran seperti slogan "separatisme musuh negara".

Memang Karl Marx bilang ekonomi pangkal kesadaran, yang oleh Antonio Gramski mengurainya dalam teori hegemoni kelas. Kebenaran milik penguasa, sebagai ukuran menilai harga diri dan martabat manusia. Adalah objektif dan wajar diperjuangkan oleh manusia Papua yang ada dalam "kandang babi" kekuasaan kolonial Indonesia.

Tapi tidak merubah status sebagai "babi peliharaan" dalam kolonial yang sedang mencari keadilan sambil tunggu waktu sembeli oleh pemilik kolonial. Artinya, makna pencarian keadilan itu benar, agar nafsu makan dan minum dalam kandang itu tetap terjaga dan jangan diganggu. Tapi fakta perburuan "babi liar" di rimba Ndugama adalah kejahatan kemanusiaan yang harus dibela. Itulah perjuangan memanusikan manusia Papua yang dipandang setengah binatang.

Kolonialisme dan kapitalisme itu perusak kesetaraan manusia. Yang memperkaya segelintir manusia dan memiskinkan banyak manusia lain. Yang menindas manusia lain demi uang, jabatan dan kehormatan segelintir manusia. Penghormatan pada nilai kemanusiaan itu relatif, tergantung kepentingan dan nafsunya. Seperti Amerika Serikat yang sedang menjatuhkan kepemimpinan sosialisme Maduro di Venezuela atas nama HAM dan Demokrasi.

Seperti skenario propaganda kolonial Indonesia yang mengalihkan opini dan pantauan rakyat Papua dan dunia internasional terhadap kejahatan operasi militer besar-besaran yang sedang berlangsung di Nduga. Budaya pura-pura, budaya pencuri, penipu, budaya adu-domba atas nama suku dan golongan itu budaya kolonial.

Biarlah Papua tetap utuh dan setara! agar one people one soul tetap bersemayam dalam sanubari. Menjadi cita dan cinta yang harus diperjuangkan tanpa dikotomi identitas, dan kategori sosial. Tetapi kalau Akut Sorong diinterogasi dengan ular tidak perlu dibela! titik!

colek Neppy Way dan Julian Haganah

Potongan Tuan. Victor F. Yeimo [ Jubir Internasional ] KNPB

Rabu, 28 November 2018

KNPBNews: 1 Desember 2018, rakyat West Papua wajib memperingatinya. Apa yang harus diperingati?


1 Desember 2018, rakyat West Papua wajib memperingatinya. Apa yang harus diperingati?

1) Bahwa kemerdekaan Papua itu memang dipersiapkan dan dinyatakan oleh politisi dan negarawan Papua yang terdidik (sekitar 400 orang Papua bersekolah di Pamongpraja/bestuurschool di Numbay dari tahun 1944-1949). 

2)  Orang-orang terdidik itulah yang mendesak kolonial Belanda untuk membentuk Nieuw Guinea Raad (Dewan Nieuw Guinea). Beberapa tokoh-tokoh terdidik yang masuk dalam Dewan ini adalah M.W.Kaisiepo dan Mofu (Kepulauan Chouten/Teluk Cenderawasih), Nicolaus Youwe (Hollandia), P. Torey(Ransiki/Manokwari), A.K. Gebze (Merauke), M.B. Ramandey (Waropen), A.S. Onim (Teminabuan), N. Tanggahma (Fakfak), F. Poana (Mimika), Abdullah Arfan (Raja Ampat). Kemudian wakil-wakil dari keturunan Indo-Belanda adalah O de Rijke (mewakili Hollandia) dan H.F.W. Gosewisch (mewakili Manokwari).  

3) Setelah melakukan berbagai persiapan disertai dengan perubahan politik yang cepat akibat ketegangan Indonesia dan Belanda, maka dibentuk Komite Nasional Papua yang beranggotakan 21 orang untuk membantu Dewan Nieuw Guinea dalam mempersiapkan kemerdekaan Papua Barat. Komite ini akhirnya dilengkapi dengan 70 orang Papua yang berpendidikan dan berhasil melahirkan Manifesto Politik yang isinya:

Menetukan nama Negara          : Papua Barat

Menentukan lagu kebangsaan    : Hai Tanahku Papua

Menentukan bendera Negara     : Bintang Kejora

Menentukan bahwa bendera Bintang Kejora akan dikibarkan pada 1 November 1961.

Lambang Negara Papua Barat adalah Burung Mambruk dengan semboyan “One People One Soul”. Rencana pengibaran bendera Bintang Kejora tanggal 1 November 1961 tidak jadi dilaksanakan karena belum mendapat persetujuan dari Pemerintah Belanda. Tetapi setelah persetujuan dari Komite Nasional, maka Bendera Bintang Kejora dikibarkan pada 1 Desember 1961 di Hollandia, sekaligus “Deklarasi Kemerdekaan Papua Barat”.

Bendera Bintang Kejora dikibarkan di samping bendera Belanda, dan lagu kebangsaan “Hai Tanahku Papua”dinyanyikan setelah lagu kebangsaan Belanda“Wilhelmus”. Deklarasi kemerdekaan Papua Barat ini disiarkan oleh Radio Belanda dan Australia.

Dasadur: Knpbnews

Minggu, 11 November 2018

KNPB MENGAJAK RAKYAT PAPUA MOGOK SIPIL NASIONAL


MOGOK SIPIL: TAHAP MOBILISASI

Hanya satu agenda nasional bangsa Papua: Mobilisasi Umum Menuju MOGOK SIPIL NASIONAL (MSN) di teritori West Papua. Tanggalkan politik faksional, galang persatuan tanpa batas suku, agama, dan kelompok.

Trada waktu untuk basa-basi, cengeng, egois, sentimen, kompetisi, saling jual dan bermusuhan sesama rakyat pejuang. Penindasan, pemusnahan, penghancuran tidak menunggu waktu mujizat untuk berhenti. Ini fakta yang sedang terjadi dalam kebisuan.

Rakyat Pejuang, Pejuang Rakyat!

Perjuangan ini milik seutuhnya rakyat West Papua. Rakyatlah yang harus menentukan sikap: Mati dalam bisu, atau bangkit melawan. Sebab kenikmatan dalam penguasa kolonial Indonesia adalah lagu penghibur di jalan tol menuju pemusnahan. 

Papua Merdeka ada di tangan rakyat Papua. Rakyatlah pejuang kemerdekaan. Bukan Negara-negara dan PBB diluar sana. Karena memang bukan mereka yang alami penindasan dari kekejaman. Mereka justru senang kalau tanah air West Papua dikuasai Indonesia demi exploitasi sumber daya alam.

Satu-satunya senjata mengusir kolonialisme Indonesia beserta kapitalisme global dari teritori West Papua adalah sikap sadar rakyat West Papua untuk menolak tunduk dalam kekuasaan kolonial dan kapitalis. Dan hanya pecundang yang akan tunduk tertindas terus sampai musnah. Hanya penghianat yang akan biarkan tanah air isinya hancur musnah.

Rakyat West Papua! siapkan diri anda menjadi pejuang penentu kemerdekaan Papua. Berjuang dengan sadar, damai dan bermartabat. Ambil kembali kendali perjuangan dari dalam negeri revolusi West Papua.

Mobilisasi I:  Segera bangun basis ekonomi alternatif menuju Mogok Sipil Nasional (MSN) mulai dari keluarga, basis kampung (sektor) hingga wilayah dan nasional. Kembali hidupkan pangan lokal (buka kebun, ternak, dll) karena MSN akan mengehentikan segala produk pangan milik kolonial dan kapitalis di teritori West Papua. 

Mobilisasi II: Segera organisir diri, keluarga dan rakyat dari basis, sektor hingga wilayah-wilayah di tanah air West Papua dalam Komite Nasional Papua Barat (KNPB) selaku penanggung jawab MSN. 

Mobilisasi III: Ikut aktif dalam diskusi, pemberitahuan, seminar, doa/puasa, serta aksi-aksi sektoral dalam mematangkan koordinasi dan sikap siap dini menuju MSN yang terpimpin, sambil menunggu jadwal Mogok Sipil Nasional.

Keberhasilan MSN adalah ukuran tertinggi dari kesadaran kebangsaan Papua, serta bukti bahwa bangsa Papua siap bernegara sendiri tanpa tunduk tentindas di bawa kekuasaan kolonial dan kapitalis. 

Mari mobilisasi menuju Mogok Sipil Nasional Papua Barat. Ingat! Rakyat Pejuang, Pejuang Rakyat.

Kita Harus Mengakhiri:
- Akhiri Kolonialisme
- Akhiri Kapitalisme
- Akhiri Militerisme

Disadur: KNPB PUSAT

Jumat, 17 Agustus 2018

Komite Nasional Papua Barat KNPB Pusat: mendukung Penuh Rancangan Draf Resolusi untuk akan dibawah ke PBB Tahun 2019.

KNPB PUSAT 

Jayapura 17 Agustus 2018. Komite Nasional Papua Barat KNPB  mendukung Penuh Rancangan Draf Resolusi untuk akan dibawah ke PBB Tahun  2019.
Kegiatan Dukungan dan ucapan terima kasih kepada pemerintah Vanuatu ini silaksanakan di sekertariat knpb Pusat pada tanggal 17 agustus 2018 pukul 10.00 WPB sampi srlesai.
Dalam kegiatan tersebut knpb menyampaikan dukungan kepada  pemerintah Vanuatu bawah daraf resolusi ke UN.
KNPB juga mengharapkan negara melaneaia dan  negara-negara pasifik polinesia serta mikronesia  mendukung pemerintah vanuatu bawah masalah pepua ke UN.

Kami rakyat papua mengharapkan negara  Aturalia, Piji dan PNG keberatan dengan rencana pemerintah Vanuatu dan mendukung indonesia berarti sama saja mendukung pemusnahan ras melanesia di papua barat.

Kami berharap  Fiji PNG dan Asturalia harus mendukung vanuatu dalam komunike para peminpin PIF bulan depan.

Atas nama Rakyat Papua menyampaikan terima kasih sekaligus mengapresiasi sikap pemerintah dan rakyat terus konsiten mendukung perjuangan rakyat Papua.
Hal ini disampaikan oleh ketua I KNPB puasat Agus Kossay di halaman sekertariat KNPB pusat Vietnam Perumnas III waena.

Lebih lanjut Agus mengatakan hari ini indonesia merayakan hari kemerdekaanya di atas tanah Papua Ilegal. Karena bangsa papua tidak pernah mengakui keberadaan indonesia di west Papua.
Oleh karena itu KNPB akan terus berjuang untuk agenda hak penetuan naaib sendiri bagi rakyat Papua.
Terma kasih  kami Rakyat Papua Barat kepada pemerintah Vanuatu dan rakyat Vanuatu terus konsisten mendukung agenda hak Penentuan Naaib sendiri bagi kami Rakyat Papua.

Sumber: Admin KNPB PUSAT

Selasa, 05 Juni 2018

Victor Yeimo: Saya kagum pada Mahasiswa Uncen, USTJ & Umel Mandiri Yang Memakai "Koteka" Ke Kampus

Foto: pada saat proses belajar mengajar 

Mengenakan koteka, Mahasiswa mulai marak ikut proses studi di Kampus Uncen, USTJ, juga Umel Mandiri. Dosen tegur. Beberapa Mahasiswa/i melihatnya jijik. Yang lain merasa minder/malu. Barangkali yang lain mengira ini manusia gila, tak bertetika, atau sekedar mencari sensasi.

Lalu mereka menjawab. Saya justru kagum pada jawaban mereka, yang menunjukkan mereka memiliki basis argumentasi kuat, dalam menghadapi beragam pandangan di kampus:

Pertama, mereka menyatakannya sebagai busana diri. Kedua, mereka lantas mengakui sebagai aksi menolak eksploitasi busana koteka. Ketiga, secara fungsional, mereka merasa nyaman belajar dengan mengenakan busana koteka. Keempat, tentu sebagai upaya melestarikan budaya leluhur.

Saya lihat mereka berangkat dari perenungan yang mendalam, dengan kecintaan besar terhadap jati diri mereka sebagai manusia Papua. Sementara, pihak yang mandangnya "tidak beretika" datang dengan kooptasi etika moderen: berpakaian.

Etika benar dan salah bersumber dari pikiran manusia. Dibentuk oleh peradaban yang berkuasa. Sehingga kalau berpakaian milik budaya barat (eropa) adalah beretika, maka kita hendak bilang busana koteka yang berkembang dalam perabadan orang Papua itu tidak beretika.

Lalu, barangkali kita hendak bilang koteka biar hanya menjadi simbol (stereotip). Hanya boleh menjadi bahan pertunjukkan di acara-cara. Atau hanya sekedar mode dalam seni photography. Dan lebih gila, koteka adalah busana kuno, yang  dipandang sebagai simbol ketertinggalan, kebodohan, tidak beradab.

Gerakan Mahasiswa ini (saya katakan gerakan karena memiki visi), hendak menolak  dan mengembalikan pandangan buruk terhadap identitas busana diri mereka. Pertanyaanya, apakah itu memiliki dampak dalam mengembalikan (melestarikan) budaya leluhur?

Dari dasar argumentasi mereka, tentu memiliki dampak. Mereka memiliki visi untuk menghentikan pakaian dengan segala macam mode yang lambat laun merubah kesadaran (nilai-nilai diri) manusia Papua. Merubah paradigma orang-orang Papua yang terus menjadi budak mode (fashion) dari luar.

Ketika anak muda milenia tenggelam dalam budaya hedonis, huru-hara, yang mengukur kemanusiaan dari produk penampilan moderen. Yang jelas-jelas, tidak hanya mode (fashion), tetapi diikuti dengan rias wajah, kulit, dan rambut. Kriting dipaksa lurus, Hitam dipaksa jadi putih. Lalu dari yospan menuju goyang Patola, dll.

Disitulah Papua kehilangan kesadaran diri sebagai manusia Papua. Tidak hanya kehilangan identitas diri, tetapi nilai-nilai, yang membuat kita menjadi manusia robot yang dalam tingkah laku hendak dikontrol oleh ideologi penguasa kolonial dan kapitalis (imperialis).

Saya kagum pada Mahasiswa Devio Tekege, Adewereknak Arebo, Hoseri Edoway dan Albertus dalam makna perlawanan melawan dikotomi-dikotomi, stigma-stigma, bahkan teori-teori hegemoni yang dibangun dan bertumbu subur dalam dan diluar kampus-kampus di Papua.

Post        : Admin
Sumber : Victor Yeimo (Ketua Umum KNPB Pusat)

Minggu, 03 Juni 2018

Mecky Yeimo: PEMATIK KESADARAN REVOLUSIONER "Trilogi Kesadaran Pemberontak"



PEMATIK KESADARAN REVOLUSIONER
"Trilogi Kesadaran Pemberontak"

Pemberontak Ia berani menggugat tanpa tedeng aling-aling akan kemapanan dalam dirinya. Pemberontakan jiwanya telah mewarnai kanvas kehidupan untuk dituangkan. Seturut Descartes, yaitu sosok filsuf ‘yang menyangsikan segalanya’, “cogito”.

Trilogi kesadaran, merupakan buah refleksi anatomi kesadaran Nurel demi mengembang-terbangkan sayap-sayap pemikirannya. Ujung pemikirannya, dibidikkan pada ranah pembebasan orisinalitas jiwa insan dari ketertindasan atas masa perubahan (pancaroba). Jejak jajakan intelektualnya, diberangkatkan dari asal kesadaran akan eksistensi diri menuju kegelisahan besar atas sejarah zaman. Lahan kesangsiannya adalah kehidupan sehari-hari dalam menggali nilai-nilai.

Berkiblat pada Goenawan Muhamad dipengantar bukunya, Eksotopi, berujar: “Sejak selama hampir separuh abad terakhir; seorang Indonesia adalah seorang yang peka oleh pengalamannya dengan kekuasaan. Pengalaman itu, sesuatu yang traumatis, bermula dari tubuhnya, dari ruang bersama tempat ia tinggal dan bergerak, dari saat pertemuannya dengan orang lain, dari penentuan identitas, dari kehidupannya berbahasa dan menafsirkan, dari kepercayaannya.”

Adalah sosok Nurel, kelahiran tanah Lamongan, 08 Maret 1976, sebagian dari orang Indonesia yang dimaksud Goenawan telah mempertajam pengalaman, dan menisbatkan dirinya untuk jadi wakil suara-suara pedesaan. Lewat karya-karya lainnya, Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga & Kulya Dalam Relung Filsafat, dan juga buku ini, menghantarkan kepada pemahaman, bahwa ada generasi muda yang memiliki kesadaran revolusioner saat ini.

BUDAYA SEMI

Dikajian ini, Nurel memosisikan kesadaran asimetris dengan segala kebijakan-kebijakan Negara yang digulirkan. Ia tak mudah terima kenyataan bulat-bulat, terus digugat hingga temukan kesadaran versinya. Kalau saya maknai, ia seolah mendambakan bangsa mandiri, tanpa intervensi siapapun. “Kenapa kita selalu belajar pada bangsa sudah ompong (yang telah kenyang pengalaman hingga seenak udelnya berbuat onar dimuka bumi). Bukankah bangsa asing sudah cukup mengocok perut otak kita, sebagai bola bekel, adu domba antara ideologi dalam pada bangsa kita sendiri.”

Ditopang “kesadaran murni”, ia sangat berharap bangsa ini percaya diri, dan mampu ciptakan wejangan sendiri walaupun itu bobrok. Bangsa yang tak lagi didekte oleh bangsa asing, ruh pendidikan tak lagi dikonsumsi dari negeri seberang, yang nyata-nyata tak sesuai dengan kepribadian kita.

Renung kesadaran Nurel, sengaja diletupkan meraih kembalinya karakter asli bangsa. Berpayung cinta tanah airnya, “Ingat, kita memilikinya; danau indah, rawa-rawa menawan, lautan megawan, kepulauan, rentet sekalung putri raja. Tapi dengan apa kita suguhkan kepada dunia, jikalau masih selalu pulas tidur mendengkur, mabuk tak bisa berbuat atas kekuasaan anggur asing.”

Budaya semi, dianggap Nurel sebagai penelitian pseudo ilmiah. Ia tuangkan kesadaran bebas ditengah pergulatan bangsa ini. Manusia yang benar-benar sempurna, bebas secara definitif, dan sempurna puas dengan diri yang sebenarnya. Jika penguasa malas adalah kebuntuan, maka perbudakan yang giat bekerja, sebaliknya merupakan sumber dari seluruh kemajuan manusiawi, sosial, dan historis. Sejarah adalah sejarah budak yang bekerja. (Alexander Koje’ve, dikutip Fukuyama).

ANATOMI KESADARAN

Dijelaskan Nurel, anatomi kesadaran merupakan gabungan psikologi diri dalam meramu filsafat kalbu keimanan dengan memakai timbangan nalar (hlm 172). Anatomi kesadaran adalah pemaknaan diri didepan cermin. Merefleksi segala yang ada bertopangan kesadaran diri, menelisik, meneliti bahwa perubahan harus terus dirasakan berkesadaran puncak.

Sebagaimana manfaat kesadaran, anatomi kesadaran merupakan esensi paling dalam. Yaitu, pengembangan fitrah insani untuk terus diperjuangkan meski pada ranah mengecewakan. Karakter suatu kesadaran takkan terbentuk jika tak mau merawat (kegelisahan atas keseimbangan integralitas diri sebagai diri bangsa). Garis inilah, yang selalu digebu agar terbentuk wacana baru, yaitu kesadaran diri.

Dicontohkan Nurel: “misalnya kita terkadang terima sepucuk surat dari kawan lama, lalu tahu-tahu dapati kegembiraan, sebab kawan itu tak berhubungan lama, bagi tanda mengingat lewat datangnya surat. Ketiba-tibaan inilah macam rindu tersembuhkan atas gerak luar yang nanti membentuk kesadaran baru, kiranya sapaan kalimat lembut memanggil jiwa atau sebaliknya jika surat yang datang berberita tragedi, kita bisa memberi motivasi agar yang terselubung permasalahan cepat teratasi.”
Anatomi kesadaran dapat mewujud atas kesungguhan cita, menancapkan kepercayaan yang dalam, agar gerak langkah menambah penciptaan atas kerja keras, demi mencapai tujuan yang diharapkan.

RAS PEMBERONTAK

Jiwa pemberontak tak dapat dilepaskan dari kesadaran. Ruh kesadaranlah, menyebabkan seseorang memberontak, menggugat, dan mendekonstruksi. Apapun disekitarnya, perlu diselaraskan dengan pemahaman dan kesadaran. Karena, kesadaran mutlak pemberontak hanya bersemai didalam diri.

Refleksi Nurel: “Kesadaran itu kekuasaan terbangun, berlangsung bagi naluri, berkembang dari sekumpulan pertanyaan dan ruang kosong penentu pijakan. Perbendaharaan dari sembuhan nalar atas daya tarik kontrak sosial dan kontrol tampak dinamai kesadaran kekuasaan.” (hlm 315).

Kekuasaan dan kesadaran adalah cara pandang mendasar, hadir atas penjajalan (percobaan) persepsi hingga menghasilkan premis penentu. Yaitu, dibangun melalui sarana mental evolusi nilai, terus dikembangkan di alam sekitar, dan hidup kita sehari-hari.

Yang terpenting, cara kerja membuang kebiasaan lama, bangun berkekuatan baru, berasal dari tiap diri kita masing-masing. Jiwa pemberontak, yang benar-benar berharap revolusi diri-dari revolusi nilai positif- yang selama ini kita abaikan.

Mabes KNPB Pusat.
Hollandia, 4 Juni 2018

Oleh: Mecky Yeimo (Sekertaris 1, KNPB PUSAT)

Kamis, 31 Mei 2018

BUKAN EKONOMI TAPI HIDUP BEBAS



Kemiskinan diatas Kekayaan adalah kata yang menunjuk pada fakta yang terjadi di Papua. Sejak bergulirnya Otsus pada tahun 2001 hingga sekarang taraf hidup orang asli  papua (OAP) pada umumnya tidak meningkat, atau biasa saja, seperti duluh. Dengan fakta di lapang ini bisa di kata “Kemiskinan diatas Uang” Karena Milliaran bahkan Trillyunan Rupiah yang diberikan Pemerintah Pusat tak jelas arahnya. Atau selalu dimanfaat oleh parah Pemangkuh kepentingan di Provinsi ini.
Banyak kasus-kasus Korupsi yang di lakukan oknum-oknum pejabat pemerintahan baik di  Kabupaten/Kota maupun Provinsi, tidak teridentifikasi dengan baik. Ada beberapa kasus Korupsi yang ditemukan aparat Kepolisian dibawah Pimpinan Kapolda, namun penyelidikannya tidak di lakukan secara berkelanjutan.
 Adapun beberapa kasus, tim khusus KPK yang dikirim ke Papua untuk menyelidiki kasus Korupsi ternyata mereka disogok oleh oknum-oknum Kepala Daerah di Papua. Adapun Oknum Kepala Daerah mengancam akan kuatkan Organisasi Papua Merdeka (OPM), apabila kasus Korupsi yang dilakukannya diproses hukum. Dengan ancaman seperti itu Pusat alergi sehingga penyelidikan tidak dilakukan secara mendalam. Dengan demikian, sampai kapanpun papua akan tetap seperti saat ini  (tidak berubah) apabila pemimpinnya seperti begitu. Kasus-kasus korupsi sampai saat ini belum teridentifikasi dengan jelas. Karena tidak ada badan khusus yang mengawas, sehingga masyarakat jadi tumbal atas  ketidakadilan Pemerintahnya sendiri.
 Padahal Papua mempunyai sumber daya alam (SDA) yang berlimpah. Namun angka Kemiskinan, Kelatarbelakangan, Ketergantungan dan lain sebagainya,  yang paling tertinggi diantara Privinsi-Provinsi lainnya di Indonesia.
Program baru dari Pemerintah Pusat yaitu Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) juga hingga saat ini kurang jelas pelaksanaannya.
Pemerintah Pusat harus lebih bijak dalam  mengambil tindakakan. Karena selama ini Papua selalu dianakemaskan. Padahal daerah lain di Indonesia juga membutuhkan ulur tangan dari Pemerintah Pusat, ini adalah salah satu pelanggaran HAM yang dilakukan Pemerintah Pusat.
 Harapan kami hanya sebagai rakyat kecil biasa hanya menunggu. Semoga dibawah Gubernur dan Wakil Gubernur baru dengan Program baru pula yakni Otsus Plus bisa membawah Papua ke arah yang lebih baik.

Oleh         : Melianus Yukei

Sabtu, 05 Mei 2018

Kita Harus Mengakhiri, Alir Tangis Rakyat Papua.

Kita Harus Mengakhiri, Alir Tangis Rakyat Papua.

Kita Harus Mengakhiri,
Alir Tangis Rakyat Papua.

Siapa yang bisa memenjarakan bahasa dan kata-kata? Tak satu orang pun berhak memenjarakannya. Biar itu orang yang punya senjata. Biar itu orang yang punya kuasa. Biar itu orang yang punya banyak harta. Tak ada yang bisa memenjarakan bahasa dan kata-kata. Apalagi teriakan “Merdeka!” yang diawali terlebih dahulu seruan “Papua”.

Di Papua, bukan hanya terjadi agresi militer. Tapi di bumi Papua, hal lain yang terjadi adalah agresi budaya. Agresi budaya ini mestilah menjadi satu bahan untuk kita rumuskan bersama. Di antara organ tubuh kita, mulai dari mata, telinga, hingga pancaindra lainnya, mesti menjadi peka terhadap kehancuran bersama: penindasan atas nama kuasa dan senjata.

Yang umum kita kenal selama ini soal Papua hanyalah tarian adat dan paduan suaranya. Tapi kita selalu menjadikan mata kita sendiri buta terhadap realitas sesungguhnya. Bahwa di balik tarian adat dan paduan suara yang kerap dibanggakan banyak kalangan di Indonesia, terjadi pembantaian diam-diam terhadap orang Papua-nya.

Tak heran, pekikan perang dengan suara khas burung, selalu menggema di mana-mana pasca rakyat Papua berteriak “merdeka”. Rakyat Papua percaya, dengan begitu ia sedang menabung masa depan Papua menuju satu gerbang yang mereka cita-citakan: merdeka. Selain euforia dalam teriakan khas yang meniru suara-suara burung, jauh di dalam dadanya, mereka sedang menyucikan dirinya dari roh-roh jahat yang bernama, sebut saja di antaranya: Indonesia dan Amerika Serikat.

Dalam suasana gegap gempita sekaligus penuh duka, budaya bisa menjadi siasat lain dalam menundukkan penguasa. Ya, sebagai media propaganda. Mau tidak mau, sepakat ataupun tidak, berbicara Papua, yang berhak menentukan secara mandiri masa depan bangsanya, masa depan kehidupannya, masa depan tatanan sosialnya, adalah harus orang Papua. Tak ada doa yang sempurna, selain digenapkan dalam aksi massa. Kita harus mengakhiri segala kebejatan di seisi semesta—menjadi satu barisan dengan rakyat Papua. Sebab cinta terhadap rakyat Papua hanya akan menjadi basa-basi semata, apabila tak dibarengi tindakan yang nyata. Berteriak atas nama cinta pada sesama manusia. Berteriak untuk menyulam kembali gagasan merdeka, di jalan raya.

#teorikebebasan_org

Kamis, 01 Februari 2018

Yoni Maanawu: JALAN_RAHASIA

Yoni Maanawu: JALAN_RAHASIA: JALAN_RAHASIA Jangan ragu, jangan takut karang menghadang, bicaralah yang lantang jangan hanya diam. Waktu terus bergulir, kita...