Sabtu, 05 Mei 2018

Kita Harus Mengakhiri, Alir Tangis Rakyat Papua.

Kita Harus Mengakhiri, Alir Tangis Rakyat Papua.

Kita Harus Mengakhiri,
Alir Tangis Rakyat Papua.

Siapa yang bisa memenjarakan bahasa dan kata-kata? Tak satu orang pun berhak memenjarakannya. Biar itu orang yang punya senjata. Biar itu orang yang punya kuasa. Biar itu orang yang punya banyak harta. Tak ada yang bisa memenjarakan bahasa dan kata-kata. Apalagi teriakan “Merdeka!” yang diawali terlebih dahulu seruan “Papua”.

Di Papua, bukan hanya terjadi agresi militer. Tapi di bumi Papua, hal lain yang terjadi adalah agresi budaya. Agresi budaya ini mestilah menjadi satu bahan untuk kita rumuskan bersama. Di antara organ tubuh kita, mulai dari mata, telinga, hingga pancaindra lainnya, mesti menjadi peka terhadap kehancuran bersama: penindasan atas nama kuasa dan senjata.

Yang umum kita kenal selama ini soal Papua hanyalah tarian adat dan paduan suaranya. Tapi kita selalu menjadikan mata kita sendiri buta terhadap realitas sesungguhnya. Bahwa di balik tarian adat dan paduan suara yang kerap dibanggakan banyak kalangan di Indonesia, terjadi pembantaian diam-diam terhadap orang Papua-nya.

Tak heran, pekikan perang dengan suara khas burung, selalu menggema di mana-mana pasca rakyat Papua berteriak “merdeka”. Rakyat Papua percaya, dengan begitu ia sedang menabung masa depan Papua menuju satu gerbang yang mereka cita-citakan: merdeka. Selain euforia dalam teriakan khas yang meniru suara-suara burung, jauh di dalam dadanya, mereka sedang menyucikan dirinya dari roh-roh jahat yang bernama, sebut saja di antaranya: Indonesia dan Amerika Serikat.

Dalam suasana gegap gempita sekaligus penuh duka, budaya bisa menjadi siasat lain dalam menundukkan penguasa. Ya, sebagai media propaganda. Mau tidak mau, sepakat ataupun tidak, berbicara Papua, yang berhak menentukan secara mandiri masa depan bangsanya, masa depan kehidupannya, masa depan tatanan sosialnya, adalah harus orang Papua. Tak ada doa yang sempurna, selain digenapkan dalam aksi massa. Kita harus mengakhiri segala kebejatan di seisi semesta—menjadi satu barisan dengan rakyat Papua. Sebab cinta terhadap rakyat Papua hanya akan menjadi basa-basi semata, apabila tak dibarengi tindakan yang nyata. Berteriak atas nama cinta pada sesama manusia. Berteriak untuk menyulam kembali gagasan merdeka, di jalan raya.

#teorikebebasan_org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar